Pernahkan kita bertanya pada diri sendiri apakah di dalam lubuk hati yang paling dalam kita telah memiliki segempal hati bernama ikhlas. Ketidakmampuan kita menerima kenyataan membuat Sang Ikhlas tidak begitu mudah kita dekap dan miliki. Dengan jerih keringat dan peluh kita rasakan setiap hari tuk mendapatkan hasil yang kita inginkan,seakan luluh lantah jiwa kita ketika hilang dalam genggaman terlebih dengan cara yang sangat tidak menyenangkan bagi kita. Kepergian sanak keluarga yang kita cintai dan kehilangan harta benda yang kita miliki,atapun jabatan yang peroleh dengan susah payah kita dapatkan, terasa terhenyak menggiris dada meratapi kepergiannya seakan kita lupa bahwa ada yang datang dan ada yang kembali.Ketidak ikhlasan kita memahami kepergian apapun yang kita cintai dan miliki seakan mengoyak keyakinan kita kepada Sang Pencipta. Kegelisahan di kala tidur menjelang, kepedihan di kala sunyi, kekecewaan menerpa bagai angin menerpa pepohonan di kala ruang ruang daya ingat melintasi jiwa adalah buah dari kemampuan nalar kita menerimanya. Hidup terkadang begitu sulit dan menyakitkan untuk dihadapi, terkadang begitu mudah untuk dilewati. Ada tangis, ada tawa, ada kecewa, ada sedih, semua mengisi relung-relung hidup yang kita jalani. Tak perlu risau menjalani, memang hidup untuk dijalani. Memang betapa mudahnya kita menorehkan kata ikhlas kepada orang lain, tidaklah semudah ketika kita menghadapinya.
Cobalah untuk menanamkan keyakinan dalam diri bahwa di balik semua kesulitan yang kita hadapi terdapat kemudahan, di balik peristiwa ada hikmah yang tersebunyi, di balik kesusahan ada pelajaran berharga yang kita peroleh. Semakin berat beban yang kita hadapi semakin mengasah kualitas kita sebagai insan di dunia ini.Dengan begitu akan semakin meringankan jejak langkah kaki tuk belajar ikhlas.... dan dekaplah erat-erat ketika serpihan2 keikhlasan mulai mengkristal dalam lubuk terdalam jiwa kita.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar